[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id-Nyaris semua gelaran olahraga di dunia mengalami penundaan atau bahkan pembatalan, seperti halnya lima liga top Eropa hingga Olimpiade Tokyo 2020 akibat pandemi virus corona.
Olahraga seperti mati suri, atlet seakan lumpuh. Para olahragawan menghadapi risiko kesehatan mental karena perubahan gaya hidup.
Ribuan atlet yang biasanya berlatih rutin dengan tim kali ini harus menggelar latihan dan hanya dipantau melalui video call.
Tanpa adanya arahan pelatih, atlet bisa saja mengalami kesalahan atau bisa juga tidak sesuai dengan yang diinginkan seorang pelatih.
Waktu libur lama juga sangat berpengaruh dengan kebugaran fisik atlet.
Gaya hidup atlet yang sangat aktif berubah 180 derajat menjadi diisolasi penuh kebosanan.
Para ahli memperingatkan bahwa atlet bisa mengalami stres tingkat tinggi yang disebabkan oleh masa depan yang tidak jelas menghampiri mereka.
Chief medical officer Tennis Australia, Carolyn Broderick mengungkapkan, efek jangka panjang yang dirasakan setelah lockdown karena Covid-19 salah satunya adalah stres berat.
Petenis wanita Serena Williams yang sebelumnya pernah depresi pada masa lalu, kini merasakan pembatasan sosial (phisycal distancing) membuatnya stres kembali.
“Setiap hal kecil membuatku gelisah, dan aku cemas. Setiap kali orang bersin di sekitarkua atau batuk, aku gelisah,” ungkap Serena Williams.
Sama halnya dengan ribuan atlet yang rencananya bertanding di Olimpiade Tokyo 2020, dipaksa “hibernasi”.
“Aku bohong jika aku bilang baik-baik saja. Seperti yang lain, aku memiliki masalahku sendiri,” kata lifter Amerika Serikat, Kate Nye, yang didiagnosa memiliki gangguan bipolar kepada WOODTV.com.
Deputy Medical Director untuk tim Australia pada Olimpiade 2016, Broderick mengatakan, jika efek dari isolasi bisa terasa akut bagi olahragawan.
“Mereka memiliki masalah psikologis yang sama dengan semua orang tapi juga stres dan kecemasan tentang masa depan mereka yang tak bisa dikendalikan dengan mudah,” kata Broderick.
“Mereka tak tahu apa tahapan selanjutnya atau berapa lama mereka harus dikarantina atau diisolasi,” ungkapnya.
Bahkan, kata Broderick, gaya hidup dengan minum minuman beralkohol atau obat-obatan bisa saja terjadi di dalam diri atlet.
“Stres dan gelisah bisa mengarah ke penyalahgunaan substansi. Itu yang saya khawatirkan, jika mereka menggunakan alkohol untuk pelarian,” ujar dia.
“Jika kalian kehilangan pekerjaan selama beberapa bulan maka pemasukan juga tak ada,” jelasnya. (msn)