PSIS SEMARANG

MediaSport.idPersatuan Sepak Bola Indonesia Semarang atau PSIS Semarang adalah klub sepak bola yang bermarkas di kota Semarang, Indonesiadengan tempat berlatih dan bertanding di Stadion Jatidiri Semarang. Julukan klub ini adalah “Laskar Mahesa Jenar”. PSIS Semarang adalah klub pertama di Liga Indonesia yang pernah menjadi juara Divisi Utama (1999) dan kemudian terdegradasi ke divisi I pada musim berikutnya (2000). PSIS kemudian berhasil menjuarai kompetisi Divisi I nasional (2001), dan berhak berlaga kembali di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia. PSIS Semarang juga tercatat sebagai klub ketiga yang pernah menjuarai Liga Perserikatan dan Divisi Utama Liga Indonesia, setelah Persib Bandung dan Persebaya Surabaya.

Nama lengkap Persatuan Sepak Bola
Indonesia Semarang
Julukan Laskar Mahesa jenarLaskar Bumi Atlas
Berdiri 18 Mei 1932
Stadion Jatidiri, Semarang
(Kapasitas: 45.000)
Pemilik PT. Mahesa Jenar Semarang
Liga Liga 1
Kelompok suporter Panser Biru
Snex Mania

Sejarah

Sejarah tim sepak bola kota Semarang telah berlangsung sejak lama ketika kota ini masih berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial. Yang pertama tercatat adalah team sepak bola UNION yang berdiri tanggal 2 Juli 1911. UNION sendiri hanyalah sebutan bagi tim dengan nama Tionghoa Hoa Yoe Hwee Koan. Tim ini mendapatkan hak rechspersoontahun 1917 dari pemerintah kolonial.

Selanjutnya ada pula tim bernama Comite Kampioens-wedstrijden Tionghoa (CKTH) dengan gedung olahraga di wilayah Seteran. Pada tahun 1926 tim ini berubah nama menjadi Hwa Nan Voetbalbond (HNV). Tercatat klub Hwa Nan ini bahkan telah melakukan pertandingan eksibisi dengan klub luar negeri asal Taiwan, Loh Hua Team Voetbalbond.

Di kalangan pendukung pribumi, perkumpulan yang menonjol adalah Tots Ons Doel (TOD) yang didirikan pada 23 Mei 1928, bermarkas di Tanggul Kalibuntang (sekarang Jl. Dr. Cipto). Dalam perjalanannya Tots Ons Doel berganti nama menjadi PS. Sport Stal Spieren (SSS). PS SSS inilah yang kemudian menjadi cikal bakal PSIS Semarang. Pada tahun 1930 team ini berganti nama menjadi Voetbalbond Indonesia Semarang (VIS) yang berlatih di lapangan Karimata Timur.

Setelah PSSI lahir pada 19 April 1930, Voetbalbond Indonesia Semarang berganti nama penjadi Persatuan Sepak bola Indonesia Semarang (PSIS) yang beranggotakan klub sepak bola Romeo, PSKM, REA, MAS, PKVI, Naga, RIM, RDS dan SSS sendiri. Adapun nama klub SSS kemudian berganti menjadi berbahasa Indonesia, Sport Supaya Sehat, sampai sekarang.

Julukan

  • Julukan pasukan: Laskar Mahesa Jenar
  • Julukan Fauna: kuntul perak

Prestasi

Sejak pertama kali berdiri, PSIS sudah dikenal sebagai tim medioker di kompetisi Perserikatan Indonesia. Kurang maksimalnya dukungan dari Pemda yang (mungkin) mewakili karakteristik warga Semarang yang cenderung menyukai hasil yang didapat secara instan dan cepat puas sehingga prestasi tim ini pun tidak bagus tetapi juga tidak bisa dikatakan jelek.

Terbukti PSIS baru bisa mencicipi gelar juara pada tahun 1987. Kala itu PSIS Semarang yang diperkuat Lagenda Besar Ribut Waidi mengalahkan Persebaya Surabaya di final kompetisi perserikatan PSSI dengan skor 1-0 melalui gol tunggal Syaiful Amri. Karena faktor terlalu cepat puas ini (apalagi ditambah keberhasilan punggawanya dalam merebut medali emas SEA Games yang pertama kali bagi Indonesia) maka di kompetisi berikutnya PSIS nyaris terjerumus dalam lubang degradasi ditambah dengan “campur tangan” Persebaya yang bermain untuk kalah 12-0 dari Persipura Jayapura. Untung saja PSIS masih mampu bertahan dan terus bertahan dengan peringkat tim medioker.

Prestasi tertinggi PSIS adalah ketika menjuarai Kompetisi Divisi Utama Perserikatan PSSI tahun 1987 dan Juara Liga Indonesia 1999. Pada musim 2006 PSIS menjadi runner-upLiga Indonesia dengan keberhasilan mencapai final Liga Indonesia, berhadapan dengan Persik Kediri di Stadion Manahan, Solo dan kalah melalui akhir perpanjangan waktu babak ke-2. Saat ini PSIS Semarang juga berstatus sebagai runner-up Piala Emas Bang Yos (PEBY) yang terakhir, diadakan di Jakarta akhir tahun 2006.

Liga Perserikatan

  • 1986/1987 – Juara
  • 1936 – Juara III
  • 1959 – Juara III
  • 1950 – Semifinalis
  • Divisi I 1983 – Juara
  • Divisi I 1979 – Juara III

Divisi Utama Liga Indonesia/LIGA 1

  • 1998-1999 – Juara
  • 2006 – Runner Up
  • 2005 – Juara III

(sebelum era Liga Super Indonesia di tahun 2008, Divisi Utama Liga Indonesia merupakan kasta tertinggi persepak bolaan Indonesia)

Divisi I Liga Indonesia/ LIGA 2

  • 2001 – Juara
  • 2017 – Juara III

Prestasi Lainnya

  • Piala Sultan Hassanal Bolkiah 1987 – Runner Up
  • Invitasi Perserikatan U-23 1981 – Juara
  • Piala Siliwangi 1983 – Juara
  • Piala Soeratin 2002 – Runner Up (PSIS U-18)
  • Piala Soeratin 2003 – Runner Up (PSIS U-18)
  • Piala Soeratin 2004 – Juara (PSIS U-18)
  • Piala Soeratin 2010 – Runner Up (PSIS U-18)
  • Piala Soeratin Tingkat Jateng 2010 – Juara (PSIS U-18)
  • Piala Tugu Muda 1978 – Juara
  • Piala Bupati Batang 2002 – Juara
  • Piala Emas Bang Yos (PEBY) 2005 – Juara III
  • Piala Emas Bang Yos (PEBY) 2006 – Runner Up
  • Piala Kampoeng Semawis 2009 – Juara
  • Piala Polda Jateng 2015 – Juara

Kiprah PSIS di Liga Indonesia

Era Perserikatan

Sebelum adanya Liga Indonesia, kompetisi masih terbagi 2 yaitu Perserikatan dan Galatama dan PSIS ikut dalam Kompetisi Perserikatan. Dan tinta emas yang pernah diraih PSIS di Era Perserikatan adalah Juara Liga Perserikatan musim 1986/1987. Sepak terjang PSIS di Liga Perserikatan musim 1986/1987, PSIS tergabung di Grup Wilayah Timur bersama Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya, Perseman Manokwari, PSM Ujungpandang dan Persiba Balikpapan di Babak Pertama. PSIS berhasil menjadi juara grup setelah mengumpulkan 14 poin hasil dari 5 kali kemenangan, 4 kali imbang dan sekali kalah, berjarak 2 poin dari runner up grup, Persebaya Surabaya, yang juga meraih tiket ke babak 6 besar bersama PSIS dan peringkat tiga grup, Persipura Jayapura.

Di babak 6 besar, selain berjumpa dengan Persipura Jayapura dan Persebaya Surabaya, PSIS juga berjumpa dengan tim dari grup wilayah barat, yakni Persib Bandung, Persija Jakarta, dan PSMS Medan. Kali ini dalam klasemen akhir, PSIS harus berada di posisi ke dua di bawah Persebaya. Walaupun berada di posisi kedua, PSIS berhak melaju ke Partai Grand Final melawan posisi pertama, Persebaya Surabaya di Stadion Utama Senayan. Di pertandingan final tanggal 11 Maret 1987, PSIS berhasil menobatkan diri sebagai juara Liga Perserikatan musim 1986/1987 dengan kemenangan tipis 1-0 atas Persebaya Surabaya melalui sundulan Saiful Amri.

Sebagai Juara Liga Perserikatan, PSIS pun dikirim ke Piala Sultan Hassanal Bolkiah 1987 di Brunei Darussalam. Prestasinya pun cukup membanggakan, yakni menjadi runner-up setelah dikalahkan Malaysia 1-4 di Final.

Era Divisi Utama

Sebelum Musim Kompetisi 2008 Liga Super Indonesia, Divisi Utama adalah liga kasta pertama. Divisi Utama dibentuk pada tahun 1994 melalui peleburan 2 kompetisi yang ada pada saat itu, yaitu Perserikatan dan Galatama. Di Divisi Utama edisi Pertama (Liga Indonesia I 1994-1995), PSIS berhasil mencapai peringkat 13 dari 17 tim Wilayah Timur. Di Liga Indonesia I (Liga Dunhill) 1994-1995, PSIS yang walaupun sempat membuat sedikit kejutan seperti saat mengalahkan Persebaya 8-0 di Stadion Gelora 10 November Surabaya, tetapi tetap saja prestasinya di papan tengah yang cenderung ke bawah. Ditambah lagi dengan sangat minimnya penonton yang tiba-tiba menurun drastis karena “kuningisasi” yang dilakukan gubernur Jawa Tengah saat itu dan di saat bersamaan prestasi saudara mudanya, BPD Jateng juga meningkat, jadilah PSIS sebagai tim yang ngenes. Total pertandingan yang dijalani PSIS di Liga Indonesia I (Liga Dunhill) 1994-1995: 32 Pertandingan dengan 10 kali menang, 9 kali seri, 13 kali kalah serta Selisih gol: 28 gol memasukkan-43 gol kemasukan

Musim selanjutnya, (Liga Indonesia II (Liga Dunhill) 1995-1996) PSIS berhasil mencapai peringkat 10 dari 16 tim Wilayah Timur. Prestasi PSIS masih stagnan di papan tengah, hanya saja dari segi penonton sudah mulai ada peningkatan. Hal ini disebabkan karena mulai masuknya pemain impor yang menarik penonton untuk menyaksikan aksinya serta seragam yang kembali ke warna kebesaran, biru. Ditambah lagi dengan campur tangan kekuasaan Gubernur Jateng saat itu yang membuat tim BPD Jateng hanya boleh diisi oleh pemain PON yang miskin pengalaman dan bahkan saat pelatih mencoba untuk menurunkan pemain non-PON, dia pun dipecat dari pekerjaannya, padahal hasilnya adalah kemenangan. Juara Liga adalah Bandung Raya yang (juga) secara kontroversial mengalahkan PSM Makassar 2-0. Total pertandingan yang dijalani PSIS di Liga Indonesia II (Liga Dunhill) 1995-1996 sebanyak 30 main dengan 10 kali menang, 7 kali seri, 13 kali kalah, serta Selisih gol: 37 gol memasukkan-41 gol kemasukan

Di Liga Indonesia III (Liga Kansas) tahun 1996, Ada sedikit peningkatan prestasi PSIS dengan hampir menembus babak 12 besar. Gairah sepak bola Semarang pun seolah bangkit dari tidurnya. Dukungan dari pemerintah mengalir dan penonton pun semakin membanjir. Stadion Jatidiri (yang saat itu berkapasitas 25.000) yang di LI I hanya mencatat rata-rata penonton 500 orang dan di LI II dengan rata-rata penonton 15.000 orang, kali ini selalu penuh (25.000 orang).

Musim Liga Indonesia IV 1997-1998, terjadi peristiwa dihentikannya Kompetisi Liga Indonesia akibat kondisi politik di Indonesia yang tidak kondusif. Sebelum kompetisi dihentikan, PSIS berhasil mencapai peringkat 6 dari 11 tim Wilayah Tengah Liga Indonesia IV 1997-1998 bermain sebanyak 16 kali. Dari 16 kali bermain PSIS membukukan 4 kali kemenangan, 8 kali seri, dan 4 kali kalah. PSIS menyarangkan 17 gol ke gawang lawan dan kebobolan 24 gol. Imbas dari prestasi yang meningkat membuat PSIS mulai bergairah dan diperhitungkan di kancah sepak bola nasional. Sayang sekali saat itu liga harus dihetikan karena krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia.

Juara Liga Indonesia V (Musim Kompetisi 1998-1999)

Puncak prestasi dari PSIS. Dilatih oleh Edi Paryono, setelah mencapai peringkat 2 dari 5 tim Grup D dan kemudian runner-up Grup F (10 Besar), PSIS akhirnya menggondol gelar juara setelah di final yang menjadi “partai usiran” karena harus terbang ke Manado dengan semangat balas budi atas meninggalnya 11 orang suporter PSIS di Manggarai, PSIS bermain kesetanan dan mengalahkan Persebaya dengan skor tipis 1-0 melalui gol Tugiyo di injury time babak kedua. Sayang sekali prestasi ini sepertinya kurang bernilai karena liga saat itu dibagi oleh banyak grup (3 wilayah 5 grup). PSIS berhak mewakili Indonesia ke Piala Champions Asia dan sayangnya langsung tunduk dari Suwon Samsung Bluewingsdengan skor 3-2 di kandang dan 6-2 saat tandang.

  • Total pertandingan: 14 (7 kali menang, 3 kali seri, 4 kali kalah)
  • Selisih gol: 18 gol memasukkan-13 gol kemasukan

Degradasi yang Ironis di Liga Indonesia VI 1999-2000

Terlena dengan gelar yang sudah diraih, memasuki Liga Indonesia VI tahun 1999, PSIS terlambat menyiapkan tim dan dukungan dana tiba-tiba macet. Kerusuhan di partai pembukaan saat PSIS takluk dari Barito Putra 2-0 seakan menjadi tanda-tanda yang tidak baik. Dan ternyata semua itu terbukti, kenyataan pahit itupun harus diambil. PSIS degradasi ke Divisi I, sekaligus mencatatkan diri sebagai tim pertama di Indonesia yang terdegradasi setelah menjuarai kompetisi sebelumnya. PSIS hanya mampu bercokol di peringkat 13 dari 14 tim Wilayah Timur.

  • Total pertandingan: 26 (6 kali menang, 6 kali seri, 14 kali kalah)
  • Selisih gol: 22 gol memasukkan-32 gol kemasukan

Berlaga di Divisi I

Di Liga Indonesia VII, musim kompetisi 2000-2001, PSIS bermain di Divisi I. Tersentak oleh kenyataan pahit tersebut, manajemen tim pun bertindak. PSIS harus kembali ke Divisi Utama, begitu tekad mereka. Dan ternyata tekad itu terwujud, PSIS menjadi juara Kompetisi Divisi I tahun 2000 sekaligus kembali promosi ke Divisi Utama. Tahun ini ditandai pula dengan berdirinya komunitas suporter PSIS bernama Panser Biru. Serta merta melalui kerja keras PSIS bangkit dan melalui konsistensi permainannya gelar juara Divisi I tahun 2001 pun berhasil diraih. PSIS Semarang kembali ke Divisi Utama. Dari 16 Total pertandingan di Divisi I PSIS meraih 12 kali kemenangan, 2 kali seri, dan 2 kali kekalahan, dengan selisih gol 24 gol memasukkan 9 gol kemasukan.

Kembali ke Divisi Utama

Kembali ke Divisi Utama di Liga Indonesia VIII (Liga Bank Mandiri 2002), PSIS berhasil menempati posisi papan tengah (Meraih peringkat 8 dari 12 tim Wilayah Timur). Suatu hal yang patut disyukuri karena PSIS tidak terdegradasi ke Divisi I. PSIS nyaris terdegradasi, beruntung 2 kemenangan kandang terakhir menyelamatkan PSIS dari jurang degradasi. PSIS menjalani 22 pertandingan dengan 8 kali menang, 6 kali seri, 8 kali kalah, sementara Selisih gol: 20 gol memasukkan-25 gol kemasukan

Tahun 2003 – 2004

Sejak Liga Indonesia IX Tahun 2003 PSIS mempercayakan jabatan manajer tim kepada Yoyok Sukawi. Di bawah kepemimpinannya, PSIS mengalami beberapa perubahan yang signifikan, antara lain dengan mengontrak pelatih Daniel Roekito, dan mengganti beberapa pemain, dengan tujuan agar mampu mencapai hasil maksimal di kancah Liga Indonesia 2003.

Bersamaan dengan diadakannya Piala Emas Bang Yos (PEBY) I di Jakarta, PSIS memanfaatkan ajang ini untuk menyeleksi dan mematangkan skuat pemain yang ada untuk menghadapi Liga Indonesia tahun berikutnya. Tahun 2003, menjadi tonggak sejarah di mana semua peserta saling bertemu karena sistem turnamen yang tidak membagi wilayah lagi. Alih-alih berprestasi, PSIS masih belum mampu beranjak dari papan tengah ke bawah dengan menempati peringkat 13 dari 20 tim. Hasil yang dicapai PSIS pada tahun 2003 adalah 38 kali bermain 14 kali menang, 8 kali seri, 16 kali kalah dengan Selisih gol -2 (43 memasukan dan 45 kemasukan).

Di Liga Indonesia X tahun 2004, dengan suntikan tenaga pemain baru, baik lokal maupun asing, ditambah polesan tangan pelatih Cornelis Sutadi dan asisten pelatih Bonggo Pribadi, PSIS mengarungi kerasnya persaingan di Liga Indonesia 2004. Di pertengahan tahun kompetisi 2004, manajemen PSIS menilai perlu dilakukan perombakan tim. Jabatan Pelatih Kepala diserahkan kepada Herry Kiswanto. Beberapa pemain baru pun dikontrak untuk menambah kekuatan tim. PSIS Mencapai peringkat 10 dari 18 tim dengan hasil 12 kali menang, 10 kali seri, 12 kali kalah serta memasukan 35 gol dan kemasukan 34 gol kemasukan.

Era Emas di Tahun 2000’an

Era Emas PSIS Semarang di Tahun 2000’an adalah pada Tahun 2005 dan Tahun 2006. Di tahun – tahun itu PSIS Semarang menjadi tim yang diperhitungkan di kancah Persepakbolaan Nasional dengan menduduki Peringkat III di Divisi Utama musim kompetisi 2005 dan Runner up di Divisi Utama musim kompetisi 2006. Saat itu Divisi Utama Liga Indonesia masih merupakan kasta tertinggi kompetisi sepak bola tanah air.

Liga Indonesia 2005 dibagi menjadi 2 wilayah. PSIS termasuk di Wilayah I atau Barat. Masih dikomandani oleh Yoyok Sukawi sebagai Manajer Tim, di bawah sentuhan coach Bambang Nurdiansyah, PSIS berhasil melaju ke putaran 8 Besar yang dilaksanakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Meski dirugikan oleh kejadian mundurnya Persebaya dari putaran ini, PSIS sukses mencapai peringkat 3 untuk Liga Indonesia tahun 2005. PSIS Semarang menjalani Total pertandingan 30 dengan total 13 kali menang 12 kali seri serta 5 kali kalah. Sepanjang musim 2005, PSIS Semarang berhasil menjaringkan 41 gol dan kebobolan 23 gol. Pada Musim Kompetisi 2005 ini, ada sesuatu yang baru di mana Piala Indonesia (Copa Dji Sam Soe) untuk pertama kali dimainkan. Sayangnya PSIS hanya sampai babak 16 besar karena terhenti langkahnya oleh Persijap Jepara.

Menjalani Divisi Utama musim kompetisi 2006 PSIS dinahkodai oleh pelatih Sutan Harhara. Kekuatan PSIS bertambah dengan masuknya Imral Usman, Suwita Patha, Yaris Riyadi, Greg Nwokolo,dan Gustavo Hernan Ortiz. PEBY III menjadi ajang pembuktian keseriusan PSIS dalam persiapan menjelang Divisi Utama musim kompetisi 2006. PSIS kembali ke Semarang dengan keberhasilan menduduki posisi 3 PEBY.

Di pertengahan musim kompetisi 2006, PSIS mengganti pelatih Sutan Harhara dengan asistennya Bonggo Pribadi. PSIS melaju sampai ke partai puncak dan kalah dalam drama perpanjangan babak melawan Persik Kediri melalui gol Cristian Gonzalez. Sepanjang musim kompetisi 2006 PSIS Semarang menjalani Total pertandingan 31 dengan 16 kali kemenangan, 5 hasil kali seri, dan 10 kali kekalahan. 37 gol berhasil dimasukkan dan jalag gawang PSIS bergetar 31 kali.

Penurunan prestasi 2007

PSIS Semarang Musim 2007 prestasinya menurun dibanding 2 musim sebelumnya. Menghadapi Divisi Utama Liga Indonesia 2007 yang terdiri dari 36 tim untuk memperebutkan 18 tim yang berhak bermain di Liga Super Indonesia PSIS hanya menduduki peringkat 10 wilayah barat dengan mengumpulkan 13 menang, 10 seri , dan 11 kalah. Sedangkan klub yang berhak masuk Liga Super Indonesia adalah peringkat 9 dan sejatinya tidak berhak menikmati ketatnya persaingan LSI 2008.

Liga Super Indonesia

Bersama PKT Bontang, Laskar Mahesa Jenar beruntung mengikuti Liga Super Indonesia 2008–09 menggantikan Persmin Minahasa dan Persiter Ternate yang tidak memenuhi 5 aspek BLI. Tanpa adanya dukungan dana APBD Pemkot Semarang dan ditinggal oleh bintang – bintangnya seperti M. Ridwan dan Khusnul Yakin yang hengkang ke Pelita Jaya, Emanuel De Porras yang memilih liga italia, dan imral usman, PSIS Semarang hanya mengandalkan para pemain muda. Akhirnya dengan sangat memalukan, PSIS menjadi juru kunci dengan menelan 21 kekalahan, 9 kali seri dan hanya sanggup menang 4 kali, dengan rekor kebobolan 62 gol.

Liga Indonesia 2009 sampai 2012

Setelah terdegradasi ke Divisi Utama, Tim kebanggaan kota Lumpia selama musim 2009–2010,2010–2011, dan 2011–2012 hanya bercokol di penyisihan grup / babak Pertama saja. Tidak pernah sanggup untuk lolos ke babak 8 besar. Bahkan Musim 2011–2012, di tengah kisruhnya sepak bola Indonesia, PSIS Semarang di Musim 2011–2012 mencoba peruntungan Divisi Utama Liga Indonesia 2011–12 (LPIS) di bawah bendera PT Liga Prima Indonesia Sportindo. Namun tetap saja PSIS Semarang hanya sanggup bercokol di Penyisihan grup. Parahnya PSIS Semarang di Musim 2011–2012 hanya finish di peringkat 5 grup2 di bawah tim – tim jawa tengah lainya seperti PSIR Rembang dan PSCS Cilacap.

2 Musim di 8 Besar Divisi Utama

PSIS Semarang Musim 2013 hijrah ke Divisi Utama Liga Indonesia 2013 yang dikelola PT. Liga Indonesia (LI). Kali ini ia menujukan prestasi yang lebih baik. Menghuni peringkat 3 grup 2, tim ini berhasil lolos ke babak ke dua. akan tetapi, cideranya Ronald Fagundez dan Addison Alves dibabak kedua yang tidak diimbangi kematangan para pemain muda, membuat Mahesa jenar hanya menjadi juru kunci , kalah dengan sang juara, Persebaya Surabaya, PSBS Biak Numfor, dan PS Bangka.

Di Musim 2014 PSIS diperkuat dua pemain asing Julio Alcorsé dan Ronald Fagundez. PSIS memulai Divisi Utama Liga Indonesia 2014 dengan luar biasa, memuncaki klasemen Grup 4, dengan hanya menantongi 1 kekalahan, hingga akhirnya lolos ke 8 besar. Di 8 Besar PSIS Semarang bermain luar biasa hingga belum selesai 8 besar pun, Tim asal kota Semarang ini sudah dipastikan melaju ke semifinal bersama PSS Sleman, termasuk kemenangan telak melawan Persiwa Wamena. juru gedor, Hari Nur Yulianto menjadi Pencetak gol Terbanyak ke-4 dengan 14 gol di bawah Abblode Yao Rudy (Persiwa Wamena,17 gol), Brima Pepito Sanusie (Martapura FC, 16 gol), dan Fernando Gaston Soler (Pusamania Borneo F.C.,15 gol), sedangkan striker Mahesa Jenar lainnya Julio Alcorsé di peringkat 7 dengan 13 gol.

Sepak Bola Gajah

Langkah yang susah payah dibangun sejak awal musim 2014 harus berakhir tragis di pertandingan akhir yang hanya memperebutkan posisi juara grup dan runner up dengan PSS Sleman. Elang Jawa dan PSIS Semarang terlibat sepak bola gajah dimana kedua klub sama – sama menginginkan kekalahan agar tidak bertemu dengan Pusamania Borneo F.C.. hingga terjadi peristiwa 5 gol bunuh diri dalam 7menit, dan akhirnya pertandingan berakhir dengan score 2-3 untuk kemenangan PSS Sleman. Manajemen berdalih melakukan hal tersebut karena menghindari mafia persepak bolaan Indonesia, mereka menilai Pusamania Borneo F.C. sudah diset untuk menjuarai Divisi Utama sehingga mereka hindari. Akibat dari Skandal ini, Laskar Mahesa Djenar didiskualifikasi dari babak 8 Besar. Sedangkan beberapa staf termasuk Eko Riyadi serta pemain – pemain mendapat hukuman dari sanksi ringan hingga hukuman seumur hidup tak boleh terlibat dalam persepakbolaan Indonesia. Baru Pada Tahun 2017, di era kepemimpinan Edy Rahmayadi, melalui Nomor 009/Kep/PK-PSSI/I/2017 tertanggal 10 Januari 2017, 10 pemain dan tiga ofisial memperoleh Pemulihan status. 10 pemain yaitu Saptono, Eli Nasokha, Taufik Hidayat, Andik Rahmat, Franky Mahendra, Sunar Sulaiman, Ronald Fagundez, Julio Alcorsé, Vidi Hasiholan, dan Anam Syahrul Fitrianto sedangkan 3 official adalah pelatih Eko Riyadi dan dua asistennya Setiawan serta Budi Cipto, sedangkan Khomaidi, Fadly Manna dan Catur Adi Nugraha.

Pencetak Gol

Terbanyak per Musim

  • 2018: Bruno Silva (15 gol), Hari Nur Yulianto (12 gol), Ibrahim Conteh (5 gol)
  • 2017: Hari Nur Yulianto, Melcior Majefat (6 Gol)
  • 2016: Johan Yoga Utama (14 Gol)
  • 2014: Hari Nur Yulianto (14 gol) , Julio Alcorsé(13 gol) , Muhamad Yunus (6gol) , Ronald fagundez (6gol)
  • 2013: Addison Alves de Oliveira (9 gol) , Hari Nur Yulianto (6 gol)
  • 11/12: Vitor Borges (9 gol)
  • 10/11: Imral Usman (6 gol), Peter Kuoh (4 gol)
  • 09/10: Imral Usman (6 gol), Christiano Lopes (5 gol), Gustavo Chena (4 gol)
  • 08/09: Gaston Castano, Salomon Bengondo, Jules Basile Onambele
  • 2007: Julio Lopez (20 gol), Ebi Sukore (7 gol), Indriyanto Setyo Nugroho (5 gol)
  • 2006: Emanuel De Porras (10 gol), Gustavo Hernan Ortiz (10 gol), Imral Usman (6 gol)
  • 2005: Emanuel De Porras (13 gol) , Indriyanto Setyo Nugroho (9 gol), Esaiah Pello Benson (9 gol)
  • 2004: Indriyanto Setyo Nugroho (11 gol), Roberto Kwateh, Abdoulaye Djibril
  • 2003: Julio Lopez (16 gol), Indriyanto Setyo Nugroho (7 gol), Bambang Harsoyo, Abdoulaye Djibril (5 gol)
  • 2002: Arliston De Oliveira (7 gol), Khusnul Yakin, Gbeneme Friday
  • 2001: Muhammad Ridwan (8 gol), Arliston De Oliveira (7 gol)
  • 99/00: Yusuf Ekodono, Supriyono Salimin (4 gol)
  • 98/99: Tugiyo (7 gol), Ally Shaha
  • 97/98: Hadi Surento, Wellington Reis (3 gol)
  • 96/97: Widyantoro, Arliston De Oliveira (5 gol)
  • 95/96: Wellington Reis (13 gol)
  • 94/95: Budiono Sutikno (11 gol)

Pencetak Gol Terbanyak Sepanjang Sejarah

  • 43 gol: Hari Nur Yulianto
  • 36 gol: Julio Lopez
  • 34 gol: Indriyanto Setyo Nugroho
  • 30 gol: Budi Wahyono
  • 29 gol: Arliston De Oliveira
  • 26 gol: Muhammad Ridwan
  • 23 gol: Emanuel De Porras
  • 21 gol: Ribut Waidi
  • 20 gol: Imral Usman

Hall Of Fame (Legenda)

Pemain

  • Bendera Indonesia Kholil Danu Atmodjo (Juara III Kejurnas PSSI 1959/ anggota Timnas di Olimpiade Melbourne 1956)
  • Bendera Indonesia Jasrin Jusron (Juara III Kejurnas PSSI 1959/ anggota Timnas di Olimpiade Melbourne 1956)
  • Bendera Indonesia Lie Kian An (Juara III Kejurnas PSSI 1959)
  • Bendera Indonesia Ribut Waidi (Juara Perserikatan 1987 / 8 Musim di PSIS)
  • Bendera Indonesia Budi Wahyono (Juara Perserikatan 1987, Juara Divisi I 1983, Invitasi perserikatan U-23 1981/11 tahun di PSIS)
  • Bendera Indonesia Suradjab (Juara Perserikatan 1987, Juara Divisi I 1983, Invitasi perserikatan U-23 1981/11 tahun di PSIS)
  • Bendera Indonesia Tugiyo (Juara 1999 /5 musim bersama PSIS);
  • Bendera Indonesia I Komang Putra (Juara 1999, Juara III 2005, Runner Up 2006 / 9 Musim di PSIS);
  • Bendera Indonesia Muhammad Ridwan (Juara Divisi I 2001, Juara III 2005, Runner Up 2006/Total 7 Musim bersama PSIS);
  • Bendera Indonesia Indriyanto Nugroho (Juara III 2005, Runner Up 2006/ 6 Musim di PSIS);
  • Bendera Indonesia Harry Salisbury (Juara III 2005, Runner Up 2006/ 3 Musim di PSIS)
  • Bendera Indonesia Bonggo Pribadi (Juara 1999, Runner Up 2006 sebagai Pelatih/ 8 Musim sebagai Pemain PSIS);
  • Bendera Indonesia Agung Setyabudi (Juara 1999/ 5 Musim bersama PSIS);
  • Bendera Indonesia Ali Sunan (Juara 1999);
  • Bendera Argentina Emanuel De Porras (Juara III 2005, Runner Up 2006);
  • Bendera Guinea Abdoulaye Djibril (Juara III 2005, Runner Up 2006);
  • Bendera Indonesia Khusnul Yakin (Juara Divisi I 2001, Juara III 2005, Runner Up 2006/Total 9 Musim bersama PSIS);
  • Bendera Indonesia Eko Purjianto (Juara III 2005/Total 3 Musim bersama PSIS);
  • Bendera Indonesia Wasis Purwoko (Juara 1999/8 Musim di PSIS)
  • Bendera Indonesia Jessie Mustamu (5 Musim di PSIS)

Supporter dan Rivalitas

Supporter Pendukung PSIS Semarang menyebut diri mereka Panser Biru (Pasukan Pendukung Semarang Biru) dan Snex (pendukung Semarang Ekstrem) pendukung yang paling bersemangat dan fanatik di Indonesia. Panser Biru Blue Panzer lahir pada tanggal 25 Maret 2001 dan melalui proses yang panjang. Ketika PSIS menjadi juara pada tahun 1999, Sebenarnya sudah banyak penggemar Laskar Mahesa Jenar di Semarang dan sekitarnya yang memberi dukungan loyal, tetapi ketika belum terkoordinasi dengan baik. Seiring dengan PSIS yang terdegradasi ke Divisi I, beberapa pendukung fans ingin membentuk sebuah organisasi yang terkoordinasi yang pertama di Semarang yang baik dan rapi. Oleh karena itu 22 Oktober 2000 di Gedung Berlian Semarang, sekitar 15 pendukung fanatik mengadakan konferensi pertama. Akhirnya setuju pada hari itu untuk mendirikan Forum Peduli PSIS Semarang. Mereka kemudian melanjutkan dilanjutkan dengan konferensi pada 29 Oktober 2000 yang dihadiri oleh sekitar 35 orang. Sampai pada akhirnya pada 5 November 2000 di GOR Tri Lomba Juang, membentuk Panser Biru. Biru berarti Warna Biru (warna kebanggaan PSIS Semarang Jersey) dan panser berarti Panzer / Tank menunjukkan berjuang dari PSIS Suporter. Snex (Pendukung Semarang Ekstrem) sebenarnya merupakan bagian dari Panser Biru, namun 20 Maret 2005 mereka menjadi sebuah organisasi independen.

Rivalitas

Rivalitas yang paling utama adalah persaingan dengan Persijap Jepara dengan pendukung mereka disebut Banaspati dan The Jet Man, klub dari kota berbeda tetapi dari provinsi yang sama yaitu Jawa Tengah. derby antara keduanya disebut Derby Jawa Tengah , Derby itu adalah di derby yang paling panas dan emosional di Indonesia setelah Persija Jakartadengan mereka The Jack vs Persib bandung dengan Bobotoh mereka. Telah terjadi beberapa kasus kekerasan termasuk tahun 2009, ketika kelompok Persijap Jepara pendukung akan pergi ke Jakarta (karena akan melawan Persija Jakarta), mereka dicegat di Semarang, 3 bus yang mereka tumpangi dilempari batu, 2 bus melewati dan 1 bus berhenti di Semarang, semua fans yang berada di bus mengalami luka-luka serius. Beberapa pendukung PSIS Semarang juga pernah menyanyikan yel – yel pertandingan yang berisi ungkapan benci kepada warga Godong, Grobogan karena pernah dicegat di Purwodadi, Grobogan pada 5 Mei 2013. Sebenarnya masalah tersebut disebabkan oleh beberapa oknum supporter PSIS Semarang yang membuat beberapa keributan seperti mencuri dan menjarah warga ketika mereka hendak mengunjungi Purwodadi, Grobogan untuk mendukung kesebelasan kesayangannya, PSIS Semarang melawan Persipur Purwodadi. Ketika mereka pulang ke semarang, semua PSIS pendukung dicegat oleh waga Godong, Grobogan yang melampiaskan kemarahannya dan tidak dapat dievakuasi sampai 18 jam. Rival lainnya adalah dengan suporter Persip Kota Pekalongan.

Next Post

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Add New Playlist

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?