[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id -Massimiliano Allegri mengklaim, dirinya sempat mendapatkan kontak dari Real Madrid perihal job sebagai pelatih kepala di klub tersebut dua tahun lalu. Tapi, kala itu sang juru taktik memilih loyal pada Juventus.
Eks pelatih AC Milan itu melalui lima musim fantastis bersama Bianconeri sebelum angkat kaki dari Turin pada akhir musim lalu.
Setelah Zinedine Zidane meninggalkan Real Madrid pada musim 2017/18, klub ibu kota Spanyol menjalani periode singkat di bawah kepemimpinan Julen Lopetegui dan Santiago Solari.
Allegri jadi salah satu opsi yang diusahakan Madrid saat itu. Dia pun beterima kasih kepada presiden Florentino Perez atas ketertarikan yang ditunjukkannya terhadap dirinya. Madrid pada akhirnya kembali meminang Zidane sebagai pelatih kepala mereka pada Maret 2019.
“Dua tahun lalu, ada kontak. Tapi tidak berhasil karena saya memiliki ikatan kontrak dengan Juve,” aku Allegri kepada Marca mengenai ketertarikan Madrid.
“Lebih lanjut, saya memiliki komitmen moral yang kuat dengan klub dan para fansnya,” sambungnya.
Allegri kemudian ditanya mengenai hal yang paling dia suka dari gaya melatih Zidane di Santiago Bernabeu, dengan kampanye La Liga musim 2019/20 sebentar lagi akan rampung.
“Kekuatan yang dimilikinya yakni dalam menemukan keseimbangan tim yang tak tergantikan, sungguh berkelas dan bertalenta,” jelas Allegri.
“Bagi saya, posisi Casemiro telah menjadi masterclass taktis dari seorang Zizou,” katanya lagi.
Perihal masa depan dirinya dalam waktu dekat, Allegri melanjutkan: “Saya sedang mengisi ulang baterai saya [sejak hengkang dari Juve] dan menikmati waktu bersama keluarga saya, kota tempat saya tinggal, Livorno, bersama teman-teman dekat saya,” ujarnya.
“Saya benar-benar tidak peduli [apakah job berikutnya saya di Italia atau luar Italia]. Saya mencari klub dengan berbagai proyek yang memiliki ambisi untuk bersaing meraih juara,” tambahnya.
Saat ditanya apakah dirinya akan senang berkarier di La Liga, Allegri merespons: “Siapa yang waras akan mengatakan tidak untuk pertanyaan ini? Tidak akan ada.”
“Ada kesenangan lebih ketika bermain di La Liga, tak peduli hasil. Setelah kecolongan gol, tim terus bermain seolah-olah tak ada yang terjadi. Di Italia, di sisi lain, ada banyak cinta dan perhatian untuk detail pertandingan dan taktik. Otak hampir selalu mengalahkan perasaan secara umum,” tuturnya.
“[Sepakbola Italia lebih sulit] karena apa yang saya katakan sebelumnya. Para pemain tidak memiliki banyak kebebasan untuk menikmati diri mereka sendiri dengan cara naluriah dan ini terkadang membuat segalanya jadi sulit,” pungkas Allegri.(mns)