Cahaya dari Timur, Sumbangsih Glenn Fredly untuk Sepak Bola Indonesia

[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]

MediaSport.id-Banyak hal yang bisa orang lakukan untuk memberikan sumbangsih terhadap sepak bola Indonesia, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Glenn Fredly.

Pada Rabu (8/4/2020) pukul 17.00 WIB, bertempat di Rumah Sakit Setia Mitra, Cilandak, Glenn mengembuskan napas terakhirnya. Sakit meningitis jadi musabab pelantun lagu ‘Januari’ itu meninggal dunia.

Kesedihan menyeruak. Sesuatu yang wajar, mengingat Glenn adalah salah satu figur penting di dunia musik Indonesia. Tidak hanya itu, semasa hidupnya, ia kerap berjuang untuk kesejahteraan para pekerja seni di Indonesia.

Namun, walau dikenal sebagai musisi, Glenn nyatanya pernah memberikan sebuah sumbangsih bagi sepak bola Indonesia. Itu tertuang dalam sebuah film berjudul ‘Cahaya dari Timur: Beta Maluku’ yang rilis pada 2014 ini.

Seperti apakah sumbangsih yang diberikan Glenn ini?

***

Maluku dikenal sebagai salah satu pusat talenta sepak bola Indonesia. Dari sana, lahir pemain-pemain berbakat yang kerap jadi andalan klub-klub maupun Timnas Indonesia.

Meski begitu, Maluku pernah terluka di masa lalu. Konflik agama menjadi bumbu yang memecahkan Maluku dahulu. Hal itu mengguratkan luka, dan luka itulah yang coba dihilangkan oleh Glenn lewat film ‘Cahaya dari Timur: Beta Maluku’ ini.

Film ini sendiri disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko, dengan Glenn selaku produsernya. Tokoh-tokoh dalam film ini, seperti Sani Tawainella, Alfin Tuasalamony, Hendra Bayauw, dan Rizky Pellu, adalah tokoh-tokoh yang memang ada di dunia nyata.

Para penonton akan diajak berkenalan dengan Sani Tawainella, eks pemain Timnas U-15 Indonesia yang–merujuk pada latar film–sudah malih profesi jadi tukang ojek. Kala itu, konflik agama sedang berkecamuk di Maluku.

Sani, di tengah segala ketidakpastian dalam hidupnya, berusaha menyelamatkan anak-anak Maluku kala itu dari konflik. Caranya? Sani mengajak mereka main sepak bola, olahraga yang memang jadi kegemaran di Maluku.

Dengan sepak bola, Sani berharap anak-anak ini akan lupa tentang konflik itu. Setidaknya, anak-anak ini akan lebih fokus pada bola di kakinya daripada konflik. Sani pun diserahi tugas menangani tim Maluku yang akan bertarung di kejuaraan nasional.

Namun, akibat konflik ini pula, Sani kesulitan membentuk tim yang solid. Tak jarang perpecahan terjadi di dalam tim. Bahkan, ketika kejuaraan nasional, anak-anak di timnya terlibat perseteruan dengan rekan sendiri.

Menghadapi semua itu, Sani sempat limbung. Namun, semangat untuk membuat anak-anak ini meraih masa depan yang lebih baik membuatnya bangkit. Sani yakin, dengan sepak bola, Maluku bisa bersatu dan jadi lebih baik di masa depan.

Singkat cerita, di akhir film Maluku jadi juara nasional. Hal ini tidak hanya jadi kebanggaan. Lebih jauh, ia jadi awal mula menuju Maluku yang lebih baik. Maluku yang damai, Maluku yang tidak lagi jadi tempat tumpahnya darah.

***

Lewat film ini, tampak Glenn ingin menyuarakan satu hal, bahwa dengan sepak bola, persatuan bisa terjalin. Dengan sepak bola, anak-anak bisa belajar arti dari kerja sama dan gotong royong, sesuatu yang memang jadi nilai dari bangsa Indonesia.

Film ini jadi sebentuk kepedulian Glenn terhadap sepak bola nasional. Ia seolah ingin menyuarakan bahwa, lewat sepak bola, bangsa Indonesia bisa bersatu tanpa memandang ras, suku, ataupun agama.

‘Cahaya dari Timur: Beta Maluku’ ini jadi warisan terbaik yang ditinggalkan Glenn Fredly bagi sepak bola Indonesia. Kelak, jika memang perpecahan kembali terjadi, ingatlah bahwa sepak bola mampu menyatukan itu semua.(msn)