[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id-Istri Tyson Fury, Paris, baru-baru ini mengungkapkan bagaimana dirinya membantu sang suami bangkit dari masa terpuruknya.
Tyson Fury kerap membicarakan masa-masa sulit dalam hidupnya ketika ia depresi hingga mengkonsumsi obat-obatan dan minuman keras bahkan sampai berencana bunuh diri dengan mengendarai Ferrari dalam kecepatan 190 mph.
Kesehatannya pun memburuk dengan cepat ketika ia mengkonsumsi obat-obatan itu
Paris, 30 tahun, mengungkapkan bagaimana dirinya menolak untuk menyerah lantaran ingin membantu Fury keluar dari depresi, “Saya pikir, apakah saya menjaga seseorang yang saya cintai? Apakah saya akan membiarkan dia menghadapinya sendiri?”
“Tyson tidak pernah menyerah pada saya dan anak-anak, dan kami juga tidak menyerah padanya. Kami bersama dan kami akan melakukannya sebagai tim.”
Depresinya itu datang setelah kemenangannya atas Wladdimir Klitschko pada 2015. Fury lalu berjuang melawan masalah penyalahgunaan narkoba dan alkohol. Paris menambahkan kemenangan kelas berat yang luar biasa atas petinju Ukraina itu adalah titik kritis bagi Tyson.
Dia mengatakan, “Setelah itu dia hampir langsung merasa tertekan. Saya melihat keesokan harinya, ada sesuatu yang salah. Bicaranya berbeda, dia tidak terlihat bahagia, dia tidak berbicara seperti sekarang.”
“Awalnya ia masih merayakan kemenangan itu dan kami pergi bersama. Lalu kemudian dia mulai keluar sendiri. Dia kembali dan mengatakan bahwa semua yang ia dapatkan tidak berguna, tidak berarti apa-apa, tidak ada yang menghargainya dan Tyson mulai mempertanyakan hidupnya.”
“Seperti dia ingin berhenti dari tinju, Tyson bilang ‘Aku tidak akan pernah bisa mengatasi ini’ seolah dia telah mengakhiri karier tinjunya.”
Perlahan tapi pasti, Paris dan keluarganya mencoba membawa Tyson kembali, tetapi keadaan mulai berubah ketika berat badannya naik.
“Dia bahkan tidak ingin bangun di pagi hari, pergi jogging, atau keluar pergi selayaknya keluarga.”
Paris bercerita pada suatu ketika Tyson Fury pulang ke rumah beberapa kali dalam keadaan menangis. Menurutnya, Fury benar-benar mengalami depresi berat. Sampai akhirnya pada tahap Paris dan keluarga berjaga-jaga agar Fury tidak bunuh diri.
Mereka berusaha untuk tetap ada di sisinya, “Saya melihatnya dan mendengarnya setiap hari. Saya ada di sana ketika ia menangis, menjerit dan berteriak. Saya tidak bisa menghentikan apa yang dia lakukan itu, tapi saya khawatir apa yang akan terjadi jika saya pergi. Dan saya berpikir kami harus ada satu sama lain, itu akan lebih mudah daripada sendirian.”
Sampai akhirnya, Tyson Fury pergi minum ke bar dan pulang lebih awal. Ia tiba-tiba berkata, “Saya tidak ingin melakukan itu lagi. Saya tidak ingin berada di sana. Saya akan mulai bertinju lagi.” Paris lalu menambahkan, “Dan ia melakukannya.”
Tyson Fury merebut gelar juara kelas berat WBC dari Deontay Wilder, Februari 2020.(msn)