[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id– Indonesia Sport Expo and Forum (ISEF) keempat atau Forum dan Pameran Olahraga ISEF 2019 di JCC Senayan, Jakarta, di hari ketiga, Jumat (23/8), menyajikan pembahasan mengenai Keselamatan, Keamanan dan Edukasi Fans (Safety, Security and Fans Education).
Hadir sebagai pembicara yang mengisi materi adalah Adi Nugroho, salah satu Security Officer dari PSSI dan satu pembicara undangan dari AFC, Sam Chmayse (Safety and Security AFC).
“Peran seorang security officer sangat penting bagi sebuah klub karena sebagai persyaratan club licensing oleh AFC. Jadi setiap klub, terutama peserta club licensing AFC ini harus memiliki Security Officer. Mereka ini bertanggung jawab untuk bagaimana mengatur prosedur keselamatan dan keamanan penyelenggaraan pertandingan di klubnya,” buka Sam.
Terkait materi Security Officer, setiap tahun pasti ada perubahan. Baik FIFA maupun AFC menyatakan bahwa regulasi keamanan selalu berkembang sesuai dengan dinamika ancamannya. Kemudian cara penanganannya sesuai dengan kondisi di sebuah tempat atau daerah juga selalu berubah.
“Kami di AFC menyadari bahwa resiko, dan situasi di setiap negara pasti berbeda-beda. Untuk itu seorang Security Officer itu tidak bisa bekerja sendiri. Dia harus bekerja sama dengan tim lain dalam sebuah kepanpelan lokal daerahnya. Misalnya korelasi di antara bagian dari security itu mulai dari tata parkir sampai pengamanan keadaan darurat, di dalam maupun di luar lapangan pertandingan,” jelas Sam.
Mengenai fans, Sam mengatakan fans sama pentingnya seperti Security Officer untuk sebuah klub. Namun ada beberapa trik bagaimana untuk mengedukasi mereka.
“Fans sama pentingnya dalam lingkungan keluarga sepak bola. Namun bagaimana mengedukasi mereka, itulah sebagian dari tugas Security Officer. Merangkul mereka dan berikan seminar-seminar setiap awal mulai kompetisi, selalu melibatkan fans atau suporter dalam setiap acara sepak bola yang diselenggarakan oleh klub atau tim nasional,” ungkapnya.
“Memang tidak mudah, di tempat saya (Australia) butuh waktu 10 tahun, tapi saya yakin dengan kemampuan sumber daya manusia yang kalian miliki, Indonesia bisa melakukannya di masa mendatang,” sambungnya.
Terakhir, Sam menyarankan cara meminimalisir terjadinya kericuhan di dalam lapangan.
“Anda harus memiliki metode penjualan tiket satu musim penuh, dimana disitu Anda bisa mendata penonton yang akan menonton pertandingan sepak bola. Dari situ Anda juga bisa menyaring mana suporter yang benar-benar cinta bola dan mana yang tidak. Apabila dari data tersebut, ada satu atau beberapa orang yang membuat masalah, Anda bisa menghukumnya, misal; tidak bisa memasuki stadion selama jangka waktu tertentu, atau bisa jadi seumur hidupnya, dan dia masuk catatan hitam database Anda,” tutupnya. (pssi)