Paceklik pembibitan dan regenerasi prestasi atlet tenis Jawa Timur mulai membangkitkan semangat para pemerhati dan pecinta tenis lap.
MediaSport.id.com – Di Jawa Timur, situasi dan keadaan yang menyebabkan dengan tidak adanya atlet tenis Jatim yang masuk dalam program Puslatda 2019 .menjadi bukti nyata bahwa prestasi atlet tenis Jatim sdh berada dalam kondisi gawat dan perlu di waspadai. Bahkan untuk pemain PON 2020 di Papua saja, KONI Jatim harus sampai mengimpor pemain dari luar Jatim untuk bergabung dan bermain pada PON 2020 di Papua.
KONI Jatim bagai makan buah simalakama, tapi itu semua dilakukan dalam rangka memenuhi target dari pemerintah propinsi Jawa Timur. Positif thinking saja, aura positif justru muncul dari para pemerhati dan pecinta tenis lap di Jawa Timur, walaupun tetap ada beberapa pihak yang belum bisa menerima keadaan tersebut di atas. Masyarakat Jawa Timur seolah-olah merasa tertantang dari akibat merosotnya prestasi atlet tenis Jatim.
Lihat saja Jatim seolah olah dikepung oleh pribadi-pribadi yang selalu siap berkorban untuk perkembangan tenis Jatim. Di ujung timur pulau Jatim ada Prof soetriono dan mas Dhori dkk. Di bagian barat selatan Ngawi ada pak Soepardi dkk, di ujung utara Jatim ada pak Trie yang sekaligus juga ayah dari Julio Leonisco. Pulau Garam Madura juga tidak mau ketinggalan. Ada mas Iksan, dr Firman, pak Didik dll. Di tengah-tengah jangan di tanya lagi, ada Tito Yanuar; Nyoman, pak Sueb Kosim dan masih banyak lagi pelatih muda yang berjibaku untuk memajukan pertenisan jatim. Maaf saya tak mampu menyebutkan satu persatu nama pegiatnya.
Yang lebih fenomenal lagi seolah olah para pegiat tenis mulai veteran senior atlet dan ortu bergerak bersama untuk meningkatkan pertenisan. Mas Kusmaedi pemain vet dengan julukan pengemar kopi, juga bergerak memajukan veteran, yang senior seperti Bonit W, Imawan dll juga tidak jala semangat dalam mengembangkan dan membina para petenis Jawa Timur untuk terus meningkatkan prestasi.
Menciptakan pemain berkwalitas memang tak semudah membalikkan tangan atau menyulap dengan bim salabim a bra ga da bra.
Tantangan dan keinginan yang kuat saja tidaklah cukup untuk meningkatkan prestasi pemain, dibutuhkan pengorbanan yang lebih besar dan waktu yang lama untuk mengembalikan prestasi atlet jatim seperti eranya Tintus, Bonit W, Romana, Andery, Chrismayanto, dll.
Harapan itu bak gayung bersambut Bonek asli suroboyo, mantan murid Bonit W, dengan nama Warman Yuda memberanikan diri dan membulatkan tekadnya untuk mendirikan SURABAYA TENIS ACADEMY yang pada Tgl 9 Pebruari diresmikan
Lajang asli suroboya yang telah bertahun tahun belajar dan berguru pada salah satu suhu tenis di Indonesia ini. Deddy Prasetyo nama salah satu pelatih yang mempopulerkan kata telo di tengah-tengah komunikasi dan humornya, yang selalu memberikan motivasi sehingga Warman Yuda berani mewujudkan impian untuk mendirikan SURABAYA TENIS ACADEMY yang berlokasi di lap tenis kodam V Brawijaya. Trim Yang Ti, mas Ismail , mas Bonit, pihak Kodam V Brawihaya dan para ortu lainnya serta spesial Detec sebagai kawah condro dimukonya C Yuda semoga STA bisa memberikan warna tersendiri dan membawa kemajuan untuk per tenisan Jawa Timur, Amin.
Bravo STA ( SURABAYA TENIS ACADEMY )
Karyamu kutunggu untuk kemajuan tenis Jatim