MediaSport.id – Awalnya saya menggeluti bidang kepelatihan tenis sejak saya masuk pertama ketika kuliah dan memang saya mengambil jurusan kepelatihan dengan spesifik di olahraga tenis di tahun 2010. Maka saya mulai serius untuk memperdalam bidang tersebut semenjak menjadi asisten pelatih di salah satu klub di Jakarta Timur khususnya Rawamangun (MTC / Morison Tennis Club). Kemudian saya mengambil lisensi ITF Level 1 di tahun 2010 dan Level 2 di tahun 2017.
Saya membantu alm. Roy morison dan Wendra Noviar yang pada waktu itu sebagai pelatih kepala dan pelatih, menangani beberapa atlit seperti Adila Sutjiadi, Voni Darlina, Rico Rumambi, Fahmi Seff dkk. Kemudian di tahun 2013 hingga 2015 saya menjadi pelatih kepala di UKM tenis Universitas Negeri Jakarta. Semenjak itu saya makin menemukan passion saya di bidang ini, saya tak henti-hentinya untuk selalu upgrade dan mencari informasi baru baik dari sisi akademik dan diluar akademik. Baik kepelatihan dasar maupun kepelatihan tenis itu sendiri. Saya lulus dengan background S-1 kepelatihan di tahun 2015 dan melanjutkan studi master sampai sekarang.
Pada tahun 2016, saya di tawari untuk melatih fisik timnas tenis indonesia, yang saya akhirnya menyadari bahwa belum banyak yang memilki keahlian di bidang physical conditioning atau istilah kerennya sekarang: strength and conditioning. Dalam hati saya “Why don’t I taking this chance?” Sambil berjalan saya memperdalam disiplin ilmu ini, upgrade, implementasi, dan mencari pengalaman. Itu yang saya lakukan selama 2 tahun ini, tanpa harus meninggalkan kepelatihan tenis. Saya telah memegang beberapa pemain-pemain seperti Christopher Rungkat, David Agung, Jessy Rompies, Beatrice Gumulya, Aditya Hari, Lavinia Tananta, Antoni Susanto, Rifky Fitriadi, sampai Arief Rahman.
Pada tahun 2018 saya melanjutkan mengambil lisensi spesialis Strength and Con
ditioning (CSCS / World Standard Strength and Conditioning Expert).
Berbicara tentang conditioning, sebetulnya sangat luas dan kompleks, namun bukan berati sulit. Dalam ilmu kepelatihan dasar ada prinsip-prinsip yang harus kita pegang salah satunya adalah LTAD (Long Term Athletes Development) itu sendiri,. Jadi untuk menciptakan high performance level atau master level ada tahap tahap yg harus di lakukan dan dilewati sesuai dengan tingkatannya dengan Proper (baik dan benar) dan masing masing tingkatan memiliki tunjuannya yang berbeda-beda. Tujuan utama dari belajar conditioning untuk an
ak usia dini adalah agar anak tersebut memiliki kekayaan dalam gerak (sesuai dengan prinsip multilateral development) memperkenalkan aktivitas / kegiatan yg bukan itu itu saja atau bukan hanya memperkenalka
n salah satu cabang olahraga itu saja. Umumnya 5 sd 7 tahun sudah harus dikenalkan (conditioning) terutama KOORDINASI (penyatuan gerak), banyak penelitian mengatakan dampak dari anak belajar belajar, berlatih conditioning untuk kesehatan dll dengan BAIK dan BENAR (PROPER) salah satunya adalah memperkaya gerak motorik (motor learning), meningkatkan struktural kepadatan tulang, tidak gampang sakit, pembentukan metabolisme (kinerja) dalam tubuh meningkat (aktif), daya tangkap (kinerja otak) bertambah cepat, mental health dll.
Tidak ada hal yg negatif dalam belajar berlatih conditioning yang ada adalah ketika kita menyerahkan anak-anak kita dilatih dengan yang bukan ahli dan tidak dilatih dengan proper sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak tersebut.
Conditioning adalah hal yg utama harus dikenalkan sejak usia dini, dan untuk strength umumnya diperkenalkan pda usia 12 sd 13 tahun, namun jangan salah kita bukan melatih strength yang absolutenamun masih relative strength artinya yg sangat dasar sekali, dan functional, dan menitiberatkan kepada tehnik geraka. Yg proper bukan jumlah beban yg di angkat, pikul, tarik, dorong dsb, dan repetisi yg dilakukan, just doing light exercise with proper technique with fun games, namun boleh diperkenalkan juga latihan strength ini dibawah umur 12 namun relative strength ini dilakukan dengan sangat hati hati. dan tidak ada maksud tujuan untuk ingin adanya perubahan secara morphologis, dan structural. Dengan tujuan hanya sebagai memiliki kekayaan gerak. Untuk latihan strength yang intensive, dapat dilakukan saat usia tumbuh kembang anak sudah mencapai masa pubertas, yakni diusia 14 sd 16
Ada pendapat bahwa Dalam melatih itu harus holistik (menyeluruh) dan mengembangkan skill pun harus menyeluruh jangan lupa bahwa physical conditioning itu bagian dari keempat unsur utama yg sangat esensial setelah teknical tactical mentally, untuk itu para petenis di seluruh indonesia jangan malu-malu untuk berlatih strength and conditioning dan jangan segan-segan untuk membayar pelatih yg ahli di bidang tersebut, for development player it is good, for advanced player is good, for high performance is good too.
Jika kalian ingin menjadikan tubuh kalian itu fit dan perform pada saat di lapangan, jangan lupa ikuti prinsip di bawah ini:
“Principle in strength conditioning is Doing proper, step by step, consisten, and continously”
Dalam ilmu kepelatihan, terdapt beberapa prinsip dasar yg harus kita pahami dalam mendesain program latihan, salah satunya adalah prinsip individual, ‘everybody is different’ sekalipun dia kembar identik pasti kebutuhan mereka berbeda dan tidaklah sama, maka dari itu dalam mendisain program latihan haruslah masing masing individu, dan SESUAI DENGAN KEBUTUHANNYA MASING MASING, contohnya dalam tenis untuk hal besar adalah, ada yang membutuhkan dilatih untuk memperdalam sisi strength nya saja, ada yg butuh memperdalam footwork (conditioning), ada yg butuh explosive movement, ada yg butuh mental toughness (steady for long rallies) endurance, ada yg butuh untuk mengcover dan mendukung sesuai dengan game type nya, dll
Salah satu melatih cerdas adalah tahu rumus dasar kepelatihan
Dalam melatih, kita bukan hanya mengikuti filosofi atlet kita untuk selalu bekerja keras, namun melatih dengan cerdas adalah yg utama, maka dari itu over training di akibatkan kita sebagai (pelatih) tidaklah cerdas dalam mendesain program latihan. Salah satunya adalah kurangnya dalam menyeimbangkan antara stress load dengan rest recovery yang mengakibatkan atlet tersebut over training. Salah satu melatih cerdas adalah tahu rumus dasar kepelatihan, Rumusnya kan sudah jelas jika ingin mendapatkan performance, level of fitness kita tambahin, kurangin fatiquenya atau performance = fitness – fatique. Atau Performance = hardwork – recover well, ingat prinsip super-kompensasi.
Filosofi dalam melatih yg ingin saya sampaikan adalah “if you train fast you get fast, if you train slow you get slow” itulah mengapa atlet-atlet kita terutama di tenis banyak yang lambat-lambat. Salah satu faktor yg mempengaruhi adalah: tipe merekalatihan, di samping faktor -aktor lain (fisiologis, anatomy, biomekanik,dll). Jika kamu ingin cepat latihlah kualitas (quality) ototmu, bukan kuantitas (besarnya), otot besar belom tentu cepat dan explosive.. tapi memiliki kualitas otot yg baik sudah pasti cepat.
Sebagai catatan: gerakan yg eksplosif hanya ada pada footwork, firstep, force output, bukan pada hasil pukulan, hasil pukulan yg eksplosive ditentukan oleh banyak faktor biomekanik + physical capacity + experience.
Agar dapat mendapatkan kualitas otot yg baik dan agar bisa menghasilkan eksplosive gerak dalam physical capacity latihlah strength dan powernya, baik didalam latihan strength maupun conditioning. (Okki Yonda – untuk Litbang Pelti 12/2018)