[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id-Keputusan PSSI melakukan pemotongan gaji pemain pada periode force majeur Liga 1 dan Liga 1 2020 mendapatkan protes sejumlah pihak. Tak hanya Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI), protes juga datang dari agen pemain.
Muly Munial, salah satu agen pemain di Tanah Air mengatakan keputusan itu terlalu sepihak. Pasalnya banyak menurutnya pemain yang menerima gaji tidak besar, sehingga pemotongan akan sangat berdampak kepada pemain itu sendiri.
PSSI memutuskan kewajiban klub membayar 25 persen gaji Maret hingga Juni selama periode force majeur. Pengambilan keputusan yang dilakukan PSSI lewat surat bernomor 48/SKEP/III/2020 pada 27 Maret lalu tanpa melibatkan pemain.
“Soal hasil keputusan paling yang dimasalahkan gaji bulan Maret. Pemain baru bubar rata-rata 18-20 Maret, di mana mereka sudah bekerja, minta dibayar penuh,” kata Muly .
“Yang menjadi perhatian lain, bagaimana yang gajinya cuma Rp5 juta? Apakah Rp1,25 juta sebulan cukup untuk menghidupi keluarganya?,” sambung pria yang menanangi sejumlah pemain nasional, salah satunya Evan Dimas Darmono.
Ia pun mengatakan status force majeur yang dikeluarkan PSSI ini pun jangan dimanfaatkan klub melepas tanggung jawab. Apalagi menurutnya beberapa klub masih ada yang belum membayar gaji pemain sejak awal tahun.
“Ada beberapa klub yang belum bayar DP (uang muka) atau gaji Januari-Februari. Jangan mengambil kesempatan untuk menghilangkan kewajiban mereka sebelum force majeur,” pungkas pria kelahiran Medan 1 Agustus 1974 itu.