[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id -Bahkan ketika sedang melaju kencang pada Januari lalu, Juventus dicibir para pendukungnya.
Entah apa yang akan didapat oleh pasukan Maurizio Sarri jika fans diperbolehkan hadir di laga final Coppa Italia pertengahan pekan lalu.
Gagal meraih Coppa Italia mungkin bukan menjadi pukulan telak bagi tim manapun, mengingat skala Coppa Italia bisa sejajar dengan Piala FA di Inggris.
Namun ceritanya bakal lain jika hal tersebut disodorkan pada legenda Bianconeri Alessandro Del Piero yang menganggap kegagalan itu bagaikan pukulan telak di wajah. Dan Sarri merasakan itu.
Dia tidak pernah mendapat dukungan yang besar ketika memulai kiprah di Turin mengingat sang pelatih punya cerita manis di Napoli dan sekarang dia semakin terisolasi.
Nama Sarri menjadi trending topic di Twitter setelah Juventus terjungkal di final Coppa Itali yang dimenangkan Napoli melalui adu penalti.
Di Instagram, kakak perempuan Cristiano Ronaldo ikut campur dengan menulis: “Adik saya tidak bisa seorang diri menciptakan keajaiban… Saya tidak mengerti mengapa dia bisa bermain seperti itu.”
Elma bukan seoarang pemerhati sepakbola atau jago dalam urusan taktik, tetapi pertanyaan dia sangat bisa dipahami. Mengapa Juventus bermain dengan sangat buruk?
Juve bukan hanya memiliki pemain dengan lima Ballon d’Or, mereka adalah tim paling kaya di Italia. Tetapi bahkan mantan ketua umum klub Giovanni Coboli Gigli menyebut tim sekarang punya ‘identitas jelas’ yaitu bermain sepakbola possession ala pedesaan.
Juve adalah sebuah skuad yang berisikan sederet bintang dengan bayaran selangit, mereka punya kemampuan untuk menaklukkan Eropa, tetapi bagaimana bisa mereka dihajar oleh tim keenam terbaik di Serie A?
Pertanyaan seperti ini jelas mengarah pada Sarri. Dia boleh saja mengklaim berhasil menciptakan sebuah tim yang mampu menggulirkan bola dengan baik bersama Empoli dan Napoli, tetapi kelas Juventus berbeda.
Dia didatangkan untuk mempercantik si Nyonya Tua, tetapi trofi adalah yang utama di sana.
Gaya rumit yang diusung Sarri butuh waktu, namun fans Juventus sudah dikenal sebagai pendukung yang memiliki kesabaran tipis.
Begitu juga dengan media Italia. ‘Juve sedang digempur’ tulis Tuttosport keesokan harinya, sementara Corriere dello Sport memberi Sarri sebuah label yaitu ‘Dalam Masalah!’.
Gazzetta dello Sport menambah runyam suasana, mereka mengklaim Sarri berisiko (Sarrichio!) kehilangan pekerjaan karena tidak mendapat dukungan dari para pemain.
Loyalitas tanpa batas! 😍
Berikut adalah sepuluh pemain yang memiliki loyalitas tinggi terhadap klub yang dibela.
Selain Igor Akinfeev dan Daniele De Rossi, siapa saja pemain yang kamu ingat? 🤔 pic.twitter.com/nS4X6xy3eR
— Goal Indonesia (@GOAL_ID)
Tiga harian besar tersebut mengakhiri dengan kans Juventus mempertahankan Scudetto. Ya, tim Turin itu sekarang hanya unggul satu poin dari Lazio sehingga hanya trofi Liga Champions yang bisa menyelamatkan Sarri dari pemecatan.
Masa depan Sarri bisa dikatakan tergantung pada gemilangnya Cristiano Ronaldo. Setelah menyamai rekor mencetak gol di 11 laga Serie A secara beruntun, superstar Portugal tersebut sekarang majal gol di empat laga di semua kompetisi.
Pekan lalu beredar kabar jika Ronaldo telah bertemu langsung dengan Sarri menjelaskan keengganannya bermain sebagai penyerang tengah, menggisi lubang yang ditinggalkan Gonzalo Higuain.
Sarri membenarkan rumor tersebut.
“Kami berbicara sebelum laga Coppa Italia lawan Milan dan Napli dan setelahnya kami berkomunikasi lagi,” kata Sarri.
“Dia telah mencetak 700 gol dengan beroperasi sedikit melebar dari tengah. Itu pilihannya dan itu normal.”
Tetapi di sejumlah momen lawan Napoli, Ronaldo terlihat beroperasi di daerah tengah dan kontribusinya sangat minim.
Situasi menjadi semakin mencemaskan mengingat Higuain munkin saja belum sepenuhnya bugar saat Juve meladeni tantangan Bologna di Dall’Ara dini hari nanti.
Akibatnya, Sarri mungkin untuk kesekian kali harus memutar otak memikirkan bagaimana cara merangkai trio penyerang di antara Ronaldo, Paulo Dybala, Douglas Costa, Federico Bernardeschi atau Juan Cuadrado.
Mendapatkan keseimbangan yang tepat di lini tengah juga sangat penting apalagi belakangan beredar kabar kisruh antara Sarri dan Miralem Pjanic.
“Itu tidak benar, tidak ada adu argumen,” papar Sarri pada Sky Sport Italia. “Mire adalah salah satu pemain yang paling sering saya turunkan musim ini dan saya harus mengandalkannya. Dia punya peran penting di lini tengah.”
Memang benar, tetapi penampilan Pjanic memburuk sejak pergantian tahun. Buntutnya Juve menderita.
Masalah pada Pjanic ditambah cedera yang menerpa Higuain tidak menjadikan Sarri tenang.
Sekarang semakin jelas, skuad Bianconeri tidak seimbang dan fans mulai mempertanyakan strategi transfer Fabio Paritici yang menggantikan Beppe Marotta.
Penjelasan lebih jitu disampaikan oleh Fabio Capello di RAI Radio 1, “Sangat aneh jika Sarri sebagai pelatih Juventus mengeluh tidak punya kedalaman skuad yang memadai.”
“Ini bukan perkara berapa banyak pemain di bench yang Anda miliki, tetapi kualitas yang Anda miliki.” Dan Sarri bisa dikategorikan punya stok pemain terbaik di Serie A, setidaknya demikian terlihat di atas kertas.
Di tengah lapangan, mereka tampil biasa saja. Bisa menjadi rujukan jika Atalanta, tim peringkat empat, tim peringkat 13 dalam urusan dana di Serie A, musim ini telah mengemas 74 gol berbanding 50 milik Juventus.
Terkait ini Sarri berkilah jika Ronaldo saat ini tidak dalam kondisi terbaik. Sebuah komentar yang aneh mengingat kebugaran bintang berusia 35 tersebut dilaporkan telah membuat tim medis klub tercengang.
Ada yang tidak beres. Ada yang aneh pada diri Juventus sekarang ini.
Sarri mungkin tidak akan mendapat ejekan dari tribun di sisa kompetisi namun dia berpotensi harus menghadapi sederet pertanyaan menusuk hati.
Sangat penting bagi Sarri untuk menuntaskan masalah Juventus, dan lebih penting lagi dia harus menyelesaikan masalah Ronaldo.(msn)