[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id -Baru sekitar enam bulan menjalani kesepakatan kontrak empat tahun, mantan pelatih Korea Selatan pada Piala Dunia 2018, Shin Tae-yong, sudah terlibat konflik dengan PSSI.
Ini merupakan rekor tercepat dari catatan kelam soal hubungan PSSI dengan pelatih asing yang dikontraknya. Sebab, pada masa sebelumnya, konflik biasa terjadi ketika sang pelatih asing sudah bekerja dengan hasil sukses atau gagal mencapai target.
Padahal, pergelaran yang disambut dalam rangka kontrak Shin Tae-yong dengan PSSI ini, merupakan terbesar dari yang pernah ada dalam sejarah sepak bola Indonesia, baik untuk pelatih asing maupun pelatih lokal.
Putaran final Piala Dunia U-20 pada 2021 di Indonesia. Kesempatan emas yang tidak akan datang berkali-kali.
Selama ini, menembus putaran final Zona Asia untuk kategori senior kualifikasi Piala Dunia saja sudah sangat sulit atau malah mustahil.
Bambang Nurdiansyah dan kawan-kawan bisa tampil pada Piala Dunia U-20 pada 1979 di Tokyo karena mendapat rezeki yang tidak disangka-sangka.
Saat itu, sebagai tuan rumah Jepang lolos otomatis. Dua jatah Asia diberikan kepada juara dan finalis Piala Asia Junior 1978, yaitu Korea Selatan dan Irak.
Tapi, Irak menolak karena alasan politik, yaitu berseberangan dengan Amerika Serikat. Sponsor kejuaraan itu adalah Coca Cola. Demikian juga sikap peringkat ketiga, Korea Utara, dan perempat finalis lain asal Timur Tengah lainnya.
Karena itu, tersisa tim Indonesia yang juga terhenti pada perempat final Piala Asia Junior 1978 itu dan kemudian tampil di Tokyo. Bambang Nurdiansyag cs diasuh mendiang pelatih Sucipto Suntoro beroleh kesempatan melawan Diego Maradona cs dari Argentina.
Sekarang Indonesia dalam posisi seperti Jepang pada Piala Dunia U-20 1979 itu. Selain membayangkan kesemarakan pergelaran, yang bisa melebihi sukses Asian Games 2018, tentu diharapkan timnas Indonesia bisa tampil tidak memalukan seperti ketika Luis Milla dari Spanyol membesut timnas Indonesia di Asian Games 2018.
Untuk itulah, dengan pengalaman membawa Korea Selatan mengalahkan Jerman pada fase grup Piala Dunia 2018, Shin Tae-yong dihadirkan untuk timnas Indonesia buat Piala Dunia U-20 pada 2021.
Tapi, persiapan baru di ujung dan datang pandemi virus corona, virus lain yang lama bersarang di sepak bola kita datang, yaitu konflik manajemen.
Pemicunya, komentar Shin Tae-yong di media Korea Selatan yang berisi keluhannya soal PSSI.
Shin Tae-yong menawarkan pemusatan latihan bagi tim Indonesia dilakukan Gyeongju, Korea Selatan.
“Awalnya saya berencana mau membawa tim nasional U-19 Indonesia ke Gyeongju, Korea Selatan. Namun, sebenarnya saya bersedia jika tim berlatih di mana pun,” ujar Shin, seperti dikutip dari laman kantor berita Korea Selatan, Yonhap, Minggu, 21 Juni 2020.
Selain usul berlatih di Korea Selatan, Shin Tae-yong mempertanyakan kondisi internal PSSI setelah Ratu Tisha mengundurkan diri sebagai sekretaris jenderal PSSI.
Shin Tae-yong menyinggung PSSI yang sering berganti-ganti pengurus. Seperti Ratu Tisha yang tiba-tiba mundur pada April lalu. “PSSI sering berganti kepengurusan dan kebijakan. Sekretaris Jenderal, Ratu Tisha, yang punya kemampuan besar dan sangat disukai masyarakat, tiba-tiba berhenti pada April,” kata Shin Tae-yong dikutip dari news-joins.
Juru taktik berusia 51 tahun juga merasa kecewa terhadap keputusan PSSI menunjuk Indra Sjafri sebagai direktur teknik Timnas Indonesia. Padahal, saat Shin Tae-yong mengadakan pemusatan latihan (TC) di Thailand, Indra Sjafri yang saat itu berstatus sebagai asistennya melakukan kesalahan karena pulang tanpa izin. Sebenarnya, pelatih asal Korea Selatan itu sudah membuka pintu maaf, namun Indra Sjafri merasa tidak bersalah.
“Keesokan harinya saya ingin memaafkannya jika dia mengakui kesalahannya. Akan tetapi, dia seolah-olah tidak memiliki salah apa-apa,” ujar Shin.
“Kemudian, Ketua Umum PSSI meminta saya menghubunginya. Dua bulan kemudian, pelatih lokal tadi dikeluarkan dan ditunjuk menjadi Direktur Teknik,” ucap Shin menambahkan.
Karena hal itu, Shin Tae-yong meminta kepada PSSI supaya lebih fokus kepada perkembangan sepak bola Indonesia bukannya malah mementingkan masalah jabatan.
Akibat pernyataaan yang dianggap menyerang internal PSSI. Beredar rumor keretakan hubungan kerja sama yang terjalin. Pengurus bergantian berkomentar untuk melakukan klarifikasi. Salah satunya yakni Direktur Teknik Indra Sjafri.
Mantan pelatih Bali United ini mengaku heran mengapa Shin Tae Yong terus mempermasalahkan dirinya dan bahkan menyebutnya sebagai indisipliner. Indra membela diri bahwa kepulangan untuk menghadiri pernikahan anak rekannya, Rahmad Darmawan, atas seizin staf timnas yang lain. Namun memang tidak menyampaikan langsung ke Shin Tae-yong.
“Saya meminta maaf langsung kepada Shin atas kejadian itu, yang diterjemahkan oleh Yoo Jae Hoon, mantan kiper Persipura yang menjadi salah satu ahli bahasanya,” kata Indra.
Selain Indra Sjafri yang melakukan klarifikasi. Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan membentuk Satuan Tugas Timnas untuk mengawasi kinerja Shin Tae-yong. Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu menunjuk Syarif Bastaman sebagai ketua. Sebelumnya, Syarif merupakan ketua Komite Pemilihan PSSI.
Di sepak bola, kita biasa mengenal direktur teknik, pelatih kepala atau manajer timnas, dan manajer umum seperti yang dipakai Jerman. PSSI sekarang membuatnya semakin rumit dengan membentuk satuan tugas timnas.
Pada 2 Mei 2020, di akun Youtube KickOff!Indonesia, Luis Milla yang tak lagi meneruskan kiprahnya menangani timnas Indonesia setelah Asian Games 2019, melontarkan kritik kepada PSSI dan klub agar lebih mementingkan kepentingan kemajuan sepak bola ketimbang kepentingan pribadi.
“Saya juga berharap pada orang-orang yang memiliki power di federasi dan klub, bersedia menyisihkan kepentingan pribadi,” kata Milla.
“Bersatu dan bergandeng tangan untuk kepentingan kemajuan sepak bola Indonesia.”
“Satu kritik saya adalah untuk orang yang bekerja di manajemen. Saya paham ini biasa terjadi dimana-mana, termasuk di Spanyol sekalipun.”
“Kami beruntung di Spanyol, kami sudah lebih dulu berubah menjadi lebih baik. Ini masih terjadi di Indonesia.” “Saya lihat masih banyak yang bekerja di manajemen lebih memikirkan kepentingan segelintir saja.”
“Indonesia butuh orang di manajemen yang total bekerja untuk kepentingan sepak bola. Bukan yang lain!” Luis Milla menambahkan.
Gerbong kepemimpinan PSSI sudah berganti setelah Luis Milla hengkang. Tapi, kritiknya itu masih relevan sampai sekarang, terutama dalam melihat bagaimana Indra Sjafri sebagai direktur teknik PSSI dan Yeyen Tumena, dalam posisinya sebagai ketua Asosiasi Pelatih Indonesia, menanggapi kritik dan keluhan Shin Tae-yong tersebut.
Tidak berusaha mendinginkan suasana, tapi malah memperkeruh suasana dan semakin menjauhkan inti permasalahan.
Bola panas masih bergulir. Sementara timnas PSSI jeblok sebelum Shin Tae-yong dikontrak. Di kualifikasi Piala Dunia 2022 Grup G yang masih berjalan, Indonesia kalah dari Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Uni Emirat Arab.
Pelatih asing seperti Shin Tae-yong bukan malaikat. Tapi, pelatih asal Indonesia terakhir yang membawa negaranya meraih prestasi istimewa adalah Bertje Matulapelwa. Bertje membawa tim sepak bola Indonesia meraih medali emas SEA Games 1987 dan peringkat keempat Asian Games 1986 di Seoul.
Setelah itu hanya pelatih asal Rusia, Anatoli Polosin, yang membawa tim PSSI meraih pretasi lainnya, yaitu emas SEA Games 1991, dan belum pernah lagi bisa diulangi sampai sekarang.
Sekarang ada Piala Dunia U-20 di depan mata dan di kandang sendiri. Shin Tae-yong atau siapapun pelatihnya, mestinya disikapi PSSI dengan pendekatan baru di alam new normal ini.(msn)