[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id-Sekali-sekali, ngomongin wasit, yuk. Sebab, tokoh penting dalam jagad sepak bola enggak cuma pemain, pelatih, atau suporter, tetapi juga wasit selaku pemimpin laga. Kali ini, mari bicara soal wasit kondang Premier League, Mike Dean.
Apa yang menarik dari sosok wasit 51 tahun itu? Well, ada delapan fakta tentang dirinya yang mungkin kamu belum tahu, nih.
Tak kenal, maka tak sayang. Jadi, langsung saja simak delapan fakta soal Mike Dean yang dikutip dari Sky Sports.
1) Sudah Memimpin 500 Laga Premier League
Laga Arsenal kontra Sheffield United di Stadion Emirates pada 18 Januari 2020 memberi kesan tersendiri terhadap Dean. Sebab, hari itu, pria kelahiran Wirral tersebut mencatatkan penampilan ke-500-nya sebagai wasit Premier League.
Apa Dean saat itu tegang? Well, dia mengaku biasa saja. Tidak tegang-tegang amat. Di sisi lain, Dean senang karena keluarganya hadir dalam laga itu.
“Sepanjang hari itu sangat baik. Semua keluarga datang, kecuali putri bungsu saya, yang lebih suka tinggal di rumah dan menyaksikan Tranmere kalah,” ujarnya kepada Sky Sports.
Wah, kasihan, nih, Dean. Dinomorduakan anaknya sendiri, haha…
Sekadar informasi, pada 18 Januari 2020 juga dihelat laga League One –kompetisi liga level ketiga di Inggris– antara Tranmere Rovers kontra Ipswich Town. Tranmere yang bermain di kandang kalah 1-2 dari tamunya.
“Premier League sangat peduli menjaga keluarga saya, mereka mengutus orang untuk menjemput mereka ke stadion, mereka menginap di sebuah hotel apda malam sebelumnya, dijamu dengan baik oleh Arsenal dan kemudian kembali ke hotel untuk makan dan minum-minum,” katanya.
Hmm… Bisa aje, nih, Arsenal. Modus, ya? Baek-baek dituduh pemberian gratifikasi, lho.
2) Fans Tranmere Rovers
Like father, like daughter. Bukan cuma putrinya yang merupakan fans Tranmere Rovers, tetapi Dean juga. Jadi, ya, bisa jadi, mungkin Dean-lah yang ‘menularkan’ kecintaannya itu pada sang putri.
“Saya mengambil lubur ketika saya bisa dan menonton Tranmere pada saat yang memungkinkan. Kadang-kadang aku pergi ke Tranmere dan mengobrol dengan beberapa pemuda soal satu atau dua keputusan dari pekan sebelumnya yang mungkin tidak mereka sukai,” ujarnya.
3) Pernah Bekerja di Pabrik Ayam
Dean menapaki karier dari bawah. Tidak langsung ujug-ujug ke Premier League. Semua ada prosesnya.
Ketika masih suka memimpin laga sepak bola Inggris level bawah, Dean punya pekerjaan sampingan di pabrik ayam. Hmm… Mungkin tujuannya mencari tambahan pemasukan kali, ya?
“Saya bekerja di sana [di pabrik ayam] selama 14 atau 15 tahun. Itu berat karena saya biasanya bangun jam 5 pagi, bekerja jam 6 pagi,” kisahnya.
“Saya selesai jam 2 siang, lalu pulang, mengambil tas saya dan pergi ke suatu tempat, seperti Carlisle, Darlington atau Hartlepool, untuk menjadi wasit, pulang ke rumah jam dua pagi dan kembali bekerja jam 5 pagi.
4) Memimpin Laga Bersejarah, Manchester City vs QPR
Pekan terakhir musim 2011/12 menjadi salah satu momen bersejarah dalam sejarah Premier League. Manchester City memastikan gelar juara mereka, yang sebelumnya terakhir dimenangi pada 1967/68, di detik-detik terakhir.
Sergio Aguero menjadi pahlawan dengan mencetak gol ke gawang Queens Park Rangers, hingga akhirnya laga berakhir 3-2. Manchester United yang sudah ge-er merasa juara akhirnya harus gigit jari.
Mike Dean adalah wasit yang memimpin laga itu. Bagaimana perasaannya?
“Itu adalah hari yang luar biasa. Kami tahu apa yang dipertaruhkan City dan United, kami memiliki rencana permainan yang harus dilaksanakan dan dieksekusi. Rasanya istimewa dipilih dan dipercaya memimpin laga itu,” ucapnya.
“Itu adalah akhir yang hebat. Aguero melepas bajunya dan, seperti biasa, saya sedikit pengecut dan masih harus memperingatkannya. Ini pekerjaan yang bagus karena bukan kartu kuning kedua, saya mungkin tidak akan melakukannya!” sambungnya.
5) Klarifikasi soal Selebrasi Gol Tottenham Hotspur
Salah satu kelakukan viral Dean di lapangan adalah dalam laga Tottenham Hotspur vs Aston Villa pada 2015. Dalam laga di White Hart Lane itu, Dean seolah mengeluarkan gestur layaknya seseorang berselebrasi kala Moussa Dembele mencetak gol untuk Spurs.
Tak pelak, banyak yang menyangka dia itu fans Spurs. Tak sedikit pula yang menuduhnya tidak profesional. Namun, bagaimana klarifikasinya?
“Saya tidak akan mengatakan itu adalah perayaan gol, saya merayakan keuntungan (advantage). Saya agak terbawa suasana pada hari itu. [Gol] itu [diawali] pelanggaran dan saya [memutuskan] meneruskan laga, saya mungkin tidak seharusnya mengangkat tangan, tetapi itu bagus,” jelasnya.
Jadi, begini. Tak lama sebelum Dembele mencetak gol, Dembele bergesekan dengan pemain Villa. Dean melihatnya dan menurutnya ketika itu, aksi itu bukan pelanggaran.
Alasan dia mengangkat tangan laiknya orang berselebrasi adalah untuk memberi tanda bahwa itu bukan pelanggaran dan permainan diteruskan (play on). Sayangnya, dia mengangkat tangan berdekatan dengan momen gol itu. Aduh, malah jadi salah paham, ya.
6) Pendapatnya soal Pengambilan Keputusan yang Buruk
“Jika membuat keputusan yang buruk, saya berusaha untuk tidak tersedot ke dalamnya. Jika saya membuat keputusan yang buruk secara tidak sengaja, permainan harus berjalan. Gol pemain tidak disahkan, mereka tidak melakukannya dengan sengaja, itu bagian tak terpisahkan dari permainan,” tuturnya.
Pada intinya, apa yang terjadi di lapangan, ya, sudahlah terjadi. Apa boleh bikin? Sepak bola dan kontroversi kadang jadi kawan karib dalam sebuah laga.
“Saya jelas akan kembali melihat situasinya dengan pelatih dan penilai saya dan mencoba memperbaikinya pada pekan berikutnya, jika ditunjuk [memimpin laga berikutnya],” lanjutnya.
Ini baru betul. Introspeksi dan evaluasi.
7) Hobi Main Golf
Sama seperti halnya para pesepak bola atau pelatih, hidup mereka tak melulu tentang sepak bola. Mereka punya hobi lain di luar lapangan. Kalau Mike Dean, sih, maih golf.
“Saya bermain golf cukup teratur, dua atau tiga kali seminggu. Saya dan istri memiliki rivalitas kecil yang baik,” ujarnya.
8) Menatap Laga Ke-501
Mike Dean masih belum mau berhenti sampai di sini. Dia kini menatap laga ke-501 sebagai wasit Premier League. Pada akhirnya, ini merupakan pekerjaan yang dicintainya.
“Anda harus menikmati hidup. Saya menyukai pekerjaan ini dan keluar dengan cara saya menjadi wasit pertandingan sepak bola. Saya bisa memikirkan hal-hal buruk yang harus dilakukan untuk mencari nafkah. Ini bukan pekerjaan, itu hobi yang dibayar. Ini fantastis dan saya menyukainya,” pungkas sang wasit Premier League. (msn)