[responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
MediaSport.id- Esports di Indonesia berkembang begitu pesat. Ranah ini mulai digeluti oleh banyak orang dan dianggap sebagai lahan bisnis yang menjanjikan.
Bahkan satu tahun ke belakang sangat banyak orang yang membuat tim esports sendiri untuk bisa compete di pelbagai divisi.
Meski begitu, membuat tim esports tak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang harus dipersiapkan dan direncanakan. Seperti yang kita tahu, belakangan banyak tim esports harus bubar karena kesulitan mendapat suntikan dana, terutama dari sponsor.
Ketika menemui CEO Rex Regum Qeon, Andrian Pauline, ONE Esports mencoba mengulik apa yang sebenarnya harus dimiliki seseorang agar bisa dibilang kapabel dalam membuat tim esports.
“Jangan ekspektasi akan dapat sesuatu yang instan. Apa yang mereka lakukan dan investasikan tak bisa satu dua tahun balik modal. Risiko pasti ada dan esports risikonya lumayan besar. Tipsnya menurut saya jangan terlalu naif. Jangan pengen instan, itu salah dan napasnya ga mungkin panjang. Mungkin di satu game tak cocok, ganti game lain. Proses itu butuh investasi lagi,” ujarnya.
“Buat semua orang yang pengen punya esports, passion dan modal saja masih belum cukup. Harus ada kerja keras dan pengorbanan. Itu yang masih susah. Jadi orang udah nafsu banget, esports jadi passion banget, tapi somehow ga tau cara dapat duit. Kemudian cari anak buah susah, tim kalah terus, nyerah deh. Itu bisa dihindari kalau dari awal memang sudah siap.”
“Buat saya kemampuan untuk bertahan lebih penting ketimbang kemampuan harus menang. Mereka harus bisa survive. Esports itu keras,” ungkap dia.
AP mengatakan bahwa esports adalah bisnis yang sulit. Perkembangannya memang pesat tapi, membentuknya tak semudah itu. Karena organisasi esports yang benar-benar kokoh bisa dihitung dengan jari.
“Menurut saya karena growth dari esports itu sendiri. Pertumbuhannya sangat pesat. Base on statistic ini memang bisnis menjanjikan. Tapi tak sesederhana itu. Orang yang masuk esports tak bisa mengandalkan passion saja, karena masuk esports perlu modal yang tak sedikit. Mereka mungkin sudah tahu risikonya. Saya percaya industri esports akan maju terus. Melihat fenomena ini sah-sah saja. Karena growth bagus. Gembar gembor di luar negeri seperti apa, Asia Tenggara terutama Indonesia lagi bagus-bagusnya. Jadi wajar-wajar aja banyak tim baru di Indonesia,” jelas AP.
“Tapi itu tadi, memang belum banyak yang established secara proper. Itu sangat penting agar industri ini tak dipandang sebelah mata,” tambah dia. (oneesports)