MediaSport.id – Liverpool meraih juara Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 2005 berkat kemenangan 2-0 atas Tottenham Hotspur di final di Stadion Wanda Metropolitano Madrid.
Liverpool mampu memanfaatkan peluang dari bola mati. Penalti awal Mohamed Salah , setelah Moussa Sissoko melakukan handball di kotak penalti, dan gol pada akhir babak kedua oleh pemain pengganti Divock Origi memberikan banyak hiburan bagi The Reds, yang gagal memenangkan gelar Liga Premier Inggris meskipun mendapatkan 97 poin.
Liverpool masih belum memenangkan gelar domestik sejak tahun 1990, tetapi mereka telah memenangkan trofi ini enam kali, dua kali lebih banyak daripada klub Inggris lainnya, dengan kedoknya sebagai Piala Eropa (European Cup) dan Liga Champions (Champions League).
Tak sedikit yang menilai pertandingan ini menjadi salah satu pertandingan final terburuk. Pertandingan berjalan monoton dan tak banyak peluang yang tercipta.
Harry Kane tidak berkutik dan Kesalahan Mauricio Pochettino
Sebuah keputusan yang sulit untuk memainkan Harry Kane setelah cedera pergelangan kakinya. Mauricio Pochettino mengambil resiko memainkan Kane sejak awal yang belum pernah bermain sejak leg pertama perempat final melawan Manchester City pada bulan April.
Hal ini menjadi bumerang dan menunjukkan Pochettino tidak cukup berani mengambil resiko untuk memenangkan trofi utama. Kane tak berkutik, nyaris tidak terlibat selama babak pertama.
Kegagalan The Lilywhites meraih kemenangan atas Liverpool itu pun membuat banyak orang dengan mudah untuk menilai Pochettino telah mengambil keputusan keliru. Menangani pemain bintang Tottenham dan keinginannya yang jelas untuk bermain di pertandingan ini jelas menuntut ketegasan Pochettino.
Lucas Moura secara kejam diasingkan ke bangku cadangan untuk memberi ruang bagi Kane di starting XI, meskipun ia memiliki hat-trick heroik mengalahkan Ajax di leg kedua semifinal. Absennya Moura merupaka bonus untuk Liverpool, yang pasti tidak akan kerepotan manahan laju pemain sayap produktif tersebut di tengah panasnya ibukota Spanyol.
Sementara pelatih The Reds Jurgen Klopp bertindak untuk memperbaiki strateginya dengan menggantikan striker Roberto Firmino dengan Origi dua menit sebelum waktu satu jam
Harry Kane recorded just seven touches in the opening 30 minutes, fewer than any other Spurs player on the field.
He’s struggled to get into the game so far. #UCLFinal pic.twitter.com/rrYbLQaa2H
— Squawka Football (@Squawka) 1 June 2019
11 – Harry Kane had just 11 touches during the first half of the Champions League final; fewer than any other Tottenham player. Phantom. #UCLfinal pic.twitter.com/4K1NL0qx2v
— OptaJoe (@OptaJoe) 1 June 2019
Pochettino akhirnya memanggil Moura pada menit ke-66 menggantikan gelandang Harry Winks. Tanpa Moura di lini depan, di posisi yang ditempati Kane, Tottenham terus kekurangan daya serangan.
Kecepatan dan pergerakan Moura dan Son merupakan senjata-senjata ideal untuk mengeksploitasi permainan Liverpool untuk memainkan garis pertahanan yang tinggi. Sementara Kane cenderung statis bermain dilini depan.
Kegagalan Pochettino untuk melakukan pergantian pemain, yang sulit tetapi perlu, menjelaskan ketidakmampuan Tonttenham Hotspur untuk memenangkan trofi. Ketika menghadapi krisis dan tekanan, Spurs tidak cukup agresif, baik di lapangan maupun di ruang istirahat. (BR)