MediaSport.id – Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, melontarkan kritikan kepada Arsenal dan Chelsea, khususnya fans mereka, mengenai perhelatan final Europa League 2018/19. Ceferin menilai sikap dan pendekatan mereka jelang laga itu tidak membantu meningkatkan popularitas pada sepak bola Eropa.
Final Europa League berlangsung antara Chelsea kontra Arsenal di Baku, Azerbaijan. The Blues keluar sebagai pemenang dengan skor akhir 4-1. Namun, laga final itu tidak lepas dari banyaknya problematika.
Beberapa masalah itu seperti tempat berlangsungnya laga final yang relatif jauh, sulit dijangkau, hingga fans kesulitan datang ke sana karena akomodasi yang mahal. Alhasil, penjualan tiket stadion berkapasitas 70.000 penonton tidak laris terjual.
Belum lagi absennya Henrikh Mkhitaryan karena negara kelahirannya, Armenia, tidak memiliki hubungan diplomatis dengan Azerbaijan. Begitu banyak keluhan dari fans dan kedua klub.
Hal tersebut menurut Ceferin, tidak membantu meningkatkan popularitas klub-klub Inggris di Eropa. Sikap mereka juga tidak membantu UEFA mengembangkan sepak bola secara menyeluruh di Benua Biru.
UEFA president Aleksander Ceferin on why the Europa League final between Chelsea and Arsenal was played in Azerbaijan: “People live there. Homo sapiens live there”
— Kaveh Solhekol (@SkyKaveh) June 14, 2019
“Kapan pun kami memiliki klub-klub Inggris, kapan pun juga kami menerima keluhan. Anda (fans Inggris) tidak membantu diri Anda sendiri dengan popularitas di antara sepak bola Eropa dengannya,” tutur Ceferin di Sky Sports.
“Jika seseorang bertanya kepada saya mengapa kami memainkannya di Baku, saya akan berkata: orang-orang hidup di sana, homo sapiens hidup di sana.”
“Jika kami punya dua tim Azerbaijan bermain di London maka tidak ada satu pun yang mengeluh. Mereka akan datang dan bermain tanpa masalah apapun.”
“Kami telah memutuskan satu setengah tahun lalu bahwa kami bermain di Baku yang punya stadion modern berkapasitas 70.000. Saya pikir hanya ada satu stadion di Inggris yang lebih besar. Mereka harus menyaksikan laga pukul 11 malam karena perbedaan waktu, tapi tidak ada satu pun yang mengeluhkannya,” tegas Ceferin.
Ceferin menegaskan memilih Baku sebagai tempat berlangsungnya laga final Europa League untuk mengembangkan sepak bola di Eropa. Dia tak ingin perkembangan sepak bola di Eropa hanya dominan dikuasai negara-negara besar.
On the subject of fighting racism, Mr Čeferin said: “We are thinking ‘do we do enough?’ One thing is to punish, but we must also educate. It’s much wider than just football. It’s a serious problem.”
David Fisher pic.twitter.com/1SAuHI5aUO
— UEFA (@UEFA) June 14, 2019
“Kami harus mengembangkan sepak bola di seluruh tempat, bukan hanya di Inggris dan Jerman. Kami punya 62.000 tiket di Madrid (untuk final Champions Leaue) dan 980.000 permintaan,” imbuh Ceferin.
“Jika kami ingin memainkannya, contohnya, di Wembley maka kami akan punya 30.000 (tiket) lebih. Mungkin event yang sangat besar seharusnya dimainkan di stadion top. Tapi, Europa League dan segala hal lainnya harusnya dibagi dengan mereka yang mencintai sepak bola,” pungkasnya. (90min)